"Sudut Motivasi Rosepine"

My life, my dream, my imagination…

“Semburat Warna Pelangi…” July 15, 2010

Filed under: cerpen,motivasi — rosepine @ 7:19 am

“Semburat awan hitam telah menghiasi kanvas kecilku ini. Salahkah jika aku inginkan goresan pelangi untuk melengkapinya??”

Aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang pelukis amatir yang mencoba menggoreskan setiap tinta kehidupanku. Ya, pelukis yang bahkan belum satu karyapun aku ciptakan. Mungkin juga aku memang tak pantas untuk menyebut diriku sendiri ini seorang pelukis.

Sudah berbulan-bulan sejak aku memutuskan untuk menuangkan perasaanku dalam sebuah lukisan. Tapi kanvas kecil ini tak kunjung sempurna. Rasanya belum pantas untuk kupajang di dinding kamarku yang kusam. Apalagi disandingkan dengan lukisan-lukisan karya pelukis ternama seantero tanah air seperti Affandi, Raden Saleh, atau Basuki Abdullah. Sungguh tak pantas. Tapi disini, di atas kain kanvas ini, dengan pensil, kuas-kuas dan palet berisi cat minyak berwarna-warni ini, aku gambarkan perasaanku dan semua hal yang terjadi di kehidupanku. Tentunya dengan harapan, ini akan menjadi sebuah karya yang indah dan memiliki arti.

Pertama kali aku menggerakkan pensil ini dengan lincah seperti semangatku yang masih baru untuk memulainya. Kugambarkan sebuah bukit disana. Bukit yang sudah lama berada dalam pikiranku. Tak lupa juga dengan memperhatikan proporsi, pencahayaan, dan aspek-aspek yang lain, aku terus menuruti otakku yang mendesak tangan ini mewujudkan imajinasiku. Hingga akhirnya kuhasilkan sebuah sketsa setengah jadi. Lalu, kupandangi sketsa itu dengan teliti. Jauh sekali… Masih jauh dari kesan hidup. Kutambahkan objek pohon dan seorang gadis kecil yang berdiri di bawahnya. Hmm… Dan menurutku sketsa ini sudah cukup menjadi awal lukisanku.: – )

Namun, inilah kehidupan. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi di depan kita. Dan rencana haruslah tahu posisinya dalam dunia fana ini yang takkan terwujud tanpa kehendakNya. Seperti rencanaku untuk menyelesaikan target utamaku ini. Aku memang seorang manusia biasa yang pernah merasa down ketika ada masalah yang sekedar singgah dalam rumahku ini. Perasaankupun terombang-ambing seperti kapal yang berlayar di tengah badai. Semangat yang dulu ada untuk cepat-cepat mewujudkan imajinasiku dalam bentuk dua dimensi ini, kini menurun seiring dengan cahaya hatiku yang kian redup.: cry :Warna-warna yang kugoreskan dalam lukisanku hanyalah warna-warna gelap. Entah kenapa aku tak sanggup memberi warna hijau, merah, kuning, atau warna-warna cerah yang lain. Hanya tampak sebuah bukit tandus dengan pohon yang sudah tak kuat menahan daun-daun kering itu berguguran. Seorang gadis kecil yang berdiri di bawahnya seakan-akan melakukan penantian panjang yang ia sendiri tak tahu bagaimana akhirnya. Dan awan hitam melengkapi lukisanku yang kini tampak menyedihkan bagiku.

Aku bingung. Aku tak tahu lagi bagaimana caraku untuk menaklukkan ketakutan dan keegoisanku sendiri. Aku juga ingin lukisanku ini tampak indah. Aku ingin menggoreskan semburat warna pelangi untuk menyempurnakannya. Tapi, aku tak sanggup melawannya, setidaknya untuk sekarang ini.

Berbulan-bulan aku mencari pencerahan. Aku pergi ke tempat-tempat yang mungkin bisa membuat hatiku senang, dari taman-taman bunga, wahana permainan, menikmati suasana dingin pegunungan hingga berjemur di bawah panasnya matahari pantai. Tapi ternyata yang kucari tak kutemukan disana. Hingga akhirnya kuputuskan untuk menghentikan proyekku ini dan menyimpan lukisan itu di gudang yang penuh dengan barang-barang tua.

Aku sudah hampir putus asa seolah-olah aku sedang berdiri di ujung tanduk. Lalu ketika tiba-tiba ada hempasan angin, aku jatuh tanpa perlawanan. Tapi, pada suatu malam, aku bermimpi. Aku sedang berada di suatu tempat yang sangat familiar bagiku. Pohon ini… Bukit ini… Ya, ini adalah bukit yang aku lukis itu. Tapi bedanya, bukit ini sangat subur. Rumput-rumput hijau dan bunga beraneka warna tumbuh menyelimuti tanah. Pohon inipun menjadi pohon yang sangat rindang dan membuatku merasa nyaman berdiri di bawahnya. Pohon ini telah menyuplai berliter-liter oksigen ke dalam darah dan otakku hingga aku merasa sangat rileks. Tapi, tunggu… Ada yang kurang disini… Dimana gadis kecil yang kugambar?? Dimana gadis kecil yang berdiri di bawah pohon ini?? Di sini… Harusnya dia ada di sini… Di tempat di mana aku berdiri sekarang… Tapi, dimana dia?? Akupun menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari ke segala sudut. Sebatas garis horison dan sebatas mataku ini menangkap objek, tak kulihat gadis itu. Aku masih merasa kebingungan hingga tiba-tiba awan gelap dan angin kencang muncul secara tiba-tiba. Aku berusaha menahan dengan kuat terpaan angin itu. Tapi, belum sanggup aku menahannya, hujan pun turun dengan deras membasahi bunga-bunga cantik itu. Beruntung aku terlindung oleh pohon ini. Hanya beberapa tetes air dari sela-sela daun mengenai rambut dan baju tidurku.

Aku terus berdiri di sana. Memandang hujan yang kini menjelma menjadi gemercik gerimis kecil yang indah. Aku terus menunggu hingga akhirnya langit menjadi cerah. Matahari yang dari tadi bersembunyi di balik awan kini dengan gagahnya menyebarkan sinarnya ke segala penjuru bumi. Bunga-bunga yang tadinya kuncup mulai bermekaran. Dan tiba-tiba, muncul semburat warna yang indah dan tak berujung. Aku terpana melihatnya.: – oFenomena yang membuatku semakin bersyukur kepada Sang Pencipta. Aku semakin mengagumiNya, Sang Pelukis warna yang indah ini. Inilah yang aku dambakan selama ini. Inilah yang aku ingin goreskan ke dalam kanvas kecilku itu. Lalu, aku tersadar. Gadis kecil itu… Ya, akulah gadis kecil itu… Akulah yang berada di dalam lukisan itu. Akulah yang sedang melakukan penantian panjang. Penantianku untuk menemukan kebahagiaan. Aku telah melakukan kesalahan selama ini. Aku sadar bahwa kebahagiaan akan datang setelah masa-masa kelam. Seharusnya ini yang aku lakukan dari dulu. Menahan angin dan bertahan di bawah derasnya hujan. Bukannya kabur dan lari dari masalah. Memang tak seharusnya aku hanya diam selama ini.

Alarm kecil di meja sudut membuatku terbangun dari mimpi indah itu. Aku segera menuju ke gudang. Kubuka kain putih itu dan di sana tampak pemandangan yang kulihat semalam. Perlahan-lahan senyumku merekah dan semangatku seperti telah diisi kembali dengan baterai baru. Aku harus mengubahnya. Aku harus membuatnya menjadi indah. Aku harus bisa menggoreskan warna-warna itu di sana. Ya, semburat warna pelangi yang selama ini kuimpikan….: – D

Sudut malasku,

Rabu, 14 Juli 2010

13:18

 

Leave a comment